Ada yang menarik dalam
isi beberapa harian yang terbit hari Jumat 19 Nopember 2010 di wilayah Jawa
Timur. Perbedaan yang mencolok dengan biasanya adalah adanya pengumuman
penerimaan CPNS tahun 2010. Khusus untuk Jawa Timur, pada tahun ini merekrut
total 12.000 CPNS yang terbagi untuk pemerintah provinsi dan Kabupaten/Kota.
Proses rekrutmen kali ini tentunya sangat diharapkan berlangsung secara fair
dan profesional.
Masih segar
dalam ingatan kita terbongkarnya sindikat calo rekrutmen CPNS beberapa waktu
yang lalu, dimana tentunya menimbulkan pandangan yang kurang baik dalam proses
rekrutmen CPNS. Kondisi tersebut tentunya sangat kontradiktif dengan semangat
reformasi birokrasi yang gencar dilaksanakan. Ibarat sebuah perjalanan banyak
sekali gangguan untuk dapat menghantarkan birokrasi Indonesia menuju good governance atau pemerintahan yang
baik dari segala aspek.
Sampai saat
ini Pegawai Negeri Sipil (baca PNS) masih menjadi pekerjaan favorit untuk
masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan catatan jumlah pendaftar yang terus
meningkat dari tahun ke tahun. Apabila kita telisik lebih jauh ternyata ada
fenomena yang menarik dibalik itu semua.
Pertama,
adalah masih adanya kesalahan motivasi ketika mendaftar sebagai PNS artinya
bukan niatan untuk mengabdi kepada negara tetapi motivasi untuk mendapatkan
pekerjaan yang ringan atau “santai” tetapi gaji yang terus meningkat. Pemikiran
yang sangat masuk akal untuk menjadi motivasi , tetapi tentunya tidak demikian
kondisinya. Sangat disayangkan apabila motivasi ini masih dominan di benak
pendaftar CPNS dikarenakan pada hakikatnya PNS sebagai abdi negara bukanlah
pekerjaan ringan .yang tidak membutuhkan skill
dan kompetensi memadai. Abdi adalah kata serapan dari bahasa jawa yang berarti
pelayan,bagaimana mungkin masyarakat yang terus mengalami dinamika akan
mendapatkan pelayanan terbaik dari PNS yang tidak kompeten dan motivasi kerja
yang rendah.
Kedua,
dari tahun ke tahun fenomena rekrutmen CPNS selalu dimanfaatkan oknum – oknum
yang tidak bertanggungjawab untuk mengeruk keuntungan dengan melihat antusiasme
pendaftar yang besar. Sasaran mereka terutama kalangan berduit yang bersedia
mengeluarkan biaya besar asal dapat masuk menjadi PNS dengan jalan instant. Apabila
direnungkan lebih jauh tentunya hal ini merupakan suatu bentuk tindakan yang
dapat menghambat terbentuknya aparat negara yang berkualitas demi terciptanya
pelayanan prima atau excellent service.
Sistem yang tidak fair dalam proses
rekrutmen ibarat penyakit yang merongrong konsep pemerintahan yang bersih dan
berwibawa.
Menurut
hemat penulis yang juga sebagai PNS, terlepas dari obyektif atau tidaknya
penilaian tersebut ada tugas berat yang terpikul di pundak semua PNS untuk
membuktikan beberapa hal :
Pertama,
bahwa PNS adalah korps yang profesional, hal ini sudah dimulai dengan proses
rekrutmen yang telah diatur secara sistematis dan bermutu. Salah satunya dengan
menggandeng Perguruan Tinggi ternama untuk koreksi dan penentuan ranking serta
serangkaian tes baik kemampuan umum maupun bidang. Alangkah ironinya apabila
konsep rekrutmen yang sudah bagus ini diracuni oleh oknum – oknum yang tidak
bertanggungjawab.
Kedua,
bahwa PNS adalah korps yang mempunyai etos kerja tinggi karena pada awal
pengangkatan sebagai PNS tentu semuanya telah diambil sumpah berdasar agama
masing – masing untuk dapat melaksanakan tugas dengan baik dan amanah. Ada tanggung jawab besar
ketika seseorang sudah menyandang gelar PNS
Ketiga,
bahwa PNS harus bisa menghilangkan orientasi kerja yang hanya mengacu pada
keuntungan pribadi. Hal ini merupakan bentuk tanggung jawab dari gaji mereka
yang diperoleh dari perasan keringat rakyat. Praktek pelayanan kepada
masyarakat harus disesuaikan dengan prosedur yang sebenarnya dan tidak dicari
celahnya untuk mendapat keuntungan.
Keempat,
PNS tentunya perlu terus mengupgrade
kualitas diri untuk dapat menjawab tantangan zaman yang terus berdinamika.
Negara telah memfasilitasi ini dengan menyelenggarakan berbagai macam
pendidikan dan latihan (diklat). Namun sampai saat ini yang perlu dioptimalkan
adalah follow up dari penyelenggaraan
diklat tersebut . Seiring dengan kemajuan jaman banyak sekali media yang bisa
dimanfaatkan oleh PNS untuk terus meningkatkan kualitas diri.
Kelima,
setiap PNS tentunya harus terus memunculkan kreasi dan inovasi yang bertujuan
untuk meningkatkan pelayanan kepada rakyat. Kreasi dan inovasi mutlak
diperlukan untuk mengatasi ritme kerja yang monoton sehingga berimbas pada
penurunan kualitas kerja.. Naïf sekali apabila ada jargon di kalangan PNS yang
dapat mematikan kreasi dan inovasi “ Alah
ngene wae wis
dibayar negoro ben wulan” (Begini saja sudah mendapat gaji dari negara tiap
bulan).
Khusus
untuk Pemerintah Kota Blitar yang tengah gencar – gencarnya menerapkan disiplin
kerja pegawai merupakan langkah yang patut diapresiasi, namun yang perlu
diperhatikan adalah agar upaya tersebut tidak hanya berhenti di situ saja
tetapi terus ditingkatkan menuju disiplin hasil kerja PNS.
Pada
akhirnya perlu dukungan seluruh elemen bangsa untuk dapat mewujudkan itu semua,
kita semua berharap bahwa PNS memahami hakekat tugas dan kewajibannya dan kalangan
di luar PNS dapat memberi kritik dan saran membangun tidak hanya hunjaman
cacian dan makian. Harapan dari proses rekrutmen PNS yang terus diperbaiki adalah
dapat menciptakan barisan PNS yang Profesional, Netral dan Santun.
(Dimuat Jawa Pos Radar Blitar 23 November 2010)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar