Minggu, 19 April 2020

Survive dimasa pandemi covid 19


GUNAKAN APLIKASI KOMUNIKASI VIRTUAL UNTUK TETAP BISA MEMBERIKAN PELAYANAN

Sebagai ASN yang memiliki tupoksi memfasilitasi penataan dan pengendalian lingkungan hidup, idealnya penulis harus sering melaksanakan kegiatan tatap muka untuk melaksanakan monitoring pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan lingkungan bagi usaha dan/atau kegiatan serta pelayanan izin lingkungan maupun izin perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Semenjak merebaknya covid 19 yang mengharuskan adanya physical distancing atau pembatasan secara fisik maka penulis “dipaksa” untuk menyiasati kondisi tersebut. Bersyukur sekali kini telah ada banyak aplikasi yang memungkinkan komunikasi secara virtual.
Pada awalnya, jujur penulis merasa gagap terhadap aplikasi komunikasi virtual mengingat selama ini memang hampir tidak pernah menggunakan, tetapi karena kondisi darurat penulis berusaha membiasakan diri dengan kondisi tersebut. Masalah klasik yang sering muncul apabila kita memanfaatkan aplikasi yang memerlukan dukungan internet adalah koneksi jaringan yang kadang tidak stabil. Hal tersebut biasanya mengakibatkan komunikasi putus sambung sehingga pesan yang ingin kita sampaikan tidak bisa dicerna dengan sempurna.
Sebagai contoh menyikapi SE Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor SE.2/MENLHK/PSLB3/PLB.3/3/2020 tentang pengelolaan limbah infeksius (limbah B3) dan sampah rumah tangga dari penanganan corona virus disease (COVID 19), maka penulis telah melakukan komunikasi virtual menggunakan aplikasi dengan beberapa rumah sakit di Kota Blitar terkait dengan update timbulan sampah LB3 yang dihasillkan serta kondisi operasional incinerator pada rumah sakit yang memiliki. Hal ini perlu dilakukan untuk bisa memonitoring kondisi kapasitas pengelolaan limbah B3 rumah sakit terutama dengan adanya wabah covid 19 ini.
Untuk pelayanan dokumen lingkungan yang biasanya memerlukan survey lapangan akhirnya diambil kebijakan untuk bisa diklasifikasi urgensinya. Apabila usaha dan/atau kegiatan tersebut tidak terlalu menimbulkan dampak yang signifikan untuk lingkungan sekitar, bukti dukungnya bisa berupa foto yang bisa dikirim lewat aplikasi. Untuk konsultasi terkait perizinan diarahkan menggunakan media online via HP maupun PC, yang penting pelayanan bisa diberikan dengan baik. Sampai dengan saat ini proses online tersebut relative bisa dilaksanakan dengan baik.
Ditengah kondisi wabah covid 19 yang belum bisa diprediksi kapan berakhirnya seperti ini, pelayanan kepada masyarakat tentunya harus tetap dilaksanakan dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan yang ditetapkan pemerintah. Pada Dinas Lingkungan Hidup Kota Blitar tempat penulis bekerja sudah diterapkan sistem shift artinya dibagi periode kerja di kator dan kerja dari rumah atau work from home. Penulis sendiri, dikarenakan tuntutan jabatan tidak mendapatkan jatah work from home sehingga setiap hari juga harus mengkoordinasikan pekerjaan dengan rekan yang berbeda.
Pada dasarnya kondisi seperti ini bisa diibaratkan sebuah ujian yang sesungguhnya bagi mentalitas Aparatur Sipil Negara (ASN). Mereka yang mendapatkan jatah work from home harusnya tidak boleh memaknai hal tersebut dengan bersantai ria di rumah atau melepas kontak dengan pihak kantor, karena sejatinya mereka tetap harus mengerjakan tupoksi hanya bedanya dikerjakan di rumah. Sistem shift dalam bekerja tentunya diupayakan semaksimal mungkin tidak mengurangi capaian kinerja yang seharusnya dicapai.
Pada akhirnya penulis selalu berdoa semoga periode wabah ini segera berakhir dan semua elemen bisa kembali melaksanakan tugas pokok dan fungsinya secara normal seperti semula. Prinsipnya apabila semua elemen memiliki komitmen dan disiplin melaksanakan protokol kesehatan yang ada serta saling bekerjasama sesuai dengan kemampuan yang dimiliki, penulis yakin badai wabah covid 19 akan segera berakhir, Insya Allah.